Putra Rajawali Kencana Jadi Emiten Ke Delapan Melantai Di BEI

Tanggal

29 Jan 2020

Kategori

Bisnis

Dilansir Oleh

Bagikan




Marketnews.id Lagi-lagi auto rejection terjadi, di saat perdagangan pasar perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI). Kejadian ini, sudah menjadi lumrah saat saham pertama kali di perdagangkan.

Alasannya, dalam masa penawaran saham mengalami kelebihan permintaan. Bahkan tidak sedikit emiten mengalami kelebihan permintaan saham saat penawaran, mencapai tiga hingga delapan kali dari jumlah saham yang ditawarkan.

Saat memulai transaksi perdana pada pembukaan perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) hari ini, Rabu (29/1), harga saham PT Putra Rajawali Kencana Tbk (PURA) langsung menyentuh titik autorejection atas atau menguat 69,52 persen ke level Rp178 dari harga penawaran Rp105 per saham.

Kenaikan harga saham emiten sektor jasa pengangkutan darat berbasis truk ini ditopang oleh frekuensi transaksi sebanyak 80 kali dan volume transaksi sebanyak 26.671 lot. Sehingga, nilai transaksi PURA tercatat sebesar Rp468,39 juta.

Menurut Direktur Utama PURA, Ariel Wibisono, saat melakukan penawaran umum perdana saham (IPO), perseroan melepas saham ke publik sebanyak 1,8 miliar atau setara dengan 33,95 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh. Harga penawaran ditetapkan senilai Rp105 per saham, sehingga pada aksi korporasi ini PURA mampu meraup dana sebesar Rp189 miliar.

Ariel mengungkapkan, dana hasil IPO tersebut untuk pengembangan bisnis berupa pembelian truk maupun aksesori maupun perlengkapan truk. “Total truk yang akan kami beli sebanyak 205 kendaraan. Sekitar 140 unit akan dibeli pada tahun ini dan sisanya di 2021,” ucap Ariel sembari menyebutkan bahwa harga rata-rata truk senilai Rp750 juta per unit.

Bersamaan dengan pelaksanaan IPO, emiten ke-8 di 2020 ini juga menerbitkan Waran Seri I sebanyak 1,2 miliar lembar atau setara dengan 34,27 persen dari saham saat pendaftaran IPO. Rasionya, setiap pemegang tiga saham baru mendapatkan dua waran.

Pelaksanaan waran dilakukan selama kurun tiga tahun dengan harga Rp106 per lembar, sehingga dana yang diperoleh mencapai Rp 127,2 miliar. Pada aksi korporasi ini, PURA menunjuk PT UOB Kay Hian Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi efek.

Ke depan, perseroan akan mengalokasikan anggaran belanja modal (capex) sebesar Rp89 miliar yang akan digunakan dalam kurun dua tahun untuk mendukung target perolehan pendapatan di 2020 dan 2021 yang masing-masing senilai Rp188 miliar dan sebesar Rp268 miliar.

Dia menyebutkan, pada Desember 2019, jumlah armada PURA sebanyak 155 unit dan pada akhir tahun ini jumlah akan menjadi 350 unit. “Pembelian armada dari dalam negeri atau tidak impor. Sebanyak 140 armada akan dibeli pada 2020 dan sisanya di 2021. Harga rata-rata truk Rp750 juta per unit,” katanya. Lebih lanjut Ariel menjelaskan, pada akhir Desember 2019, total pendapatan PURA diperkirakan sebesar Rp87 miliar, sedangkan pada tahun ini ditargetkan sekitar Rp170 miliar-Rp188 miliar. Sedangkan, target pendapatan di 2021 diperkirakan mencapai Rp268 miliar.

Dengan demikian, menurut Ariel, laba kotor PURA di 2020 diperkirakan meningkat 207 persen (year-on-year), sedangkan pada 2021 akan meningkat 54 persen (yoy). “Gross profit kami di 2019 meningkat menjadi Rp19 miliar dan pada 2020 ini kami memproyeksikan sebesar Rp36 miliar,” ungkap Ariel.